Catatan Perjalanan Menuju Puncak Gunung Semeru
Jum’at
06-07-2012 (Ranupane 2200 mdpl - Ranu Regulo/Ranu Kumbolo 2390 mdpl-Kalimati
2700 mdpl)
Pada hari itu pukul 03.00 WIB hari
Jum’at tanggal 06-07-2012 udara masih dingin menusuk tulang, tetapi kami tetap
semangat untuk bangun lebih awal dan melakukan persiapan di rumah salah satu
teman kami Arba dengan panggilan akarab Barong untuk melakukan perjalanan ke
Mahameru.
Kami
bertiga, saya, Barong, dan Rifki (Kemong) merupakan teman satu sekolah waktu
kami masih bersekolah di SMPN 1 Jember. Kami bertiga merupakan murid SMPN 1
Jember alumnus tahun 2005. Dan setelah 7 tahun berselang persahabatan kami
masih tetap berjalan. Meskipun kami sudah sibuk dengan aktivitas kuliah
masing-masing. Saya melanjutkan studi di Jurusan Teknik Mesin Universitas Jember,
Barong melanjutkan studi pada FKIP Sejarah Universitas Jember. Sedangkan teman
saya Kemong melanjutkan studi di Teknik Mesin ITS.
Tetapi
kami masih bisa meluangkan waktu untuk berkumpul dan berlibur untuk ke puncak
Semeru. Pagi itu kami melakukan packing
terhadap logistik individu/kelompok, dan semua barang-barang kebutuhan yang
akan dibawa pada saat melakukan perjalanan ke Mahameru. Menurut perhitungan
kami cukup membawa dua carier (tas
besar) dan 2 daypack (tas kecil).
Setelah semua logistik dan segala kebutuhan yang akan dibawa sudah masuk ke
dalam carier ataupun daypack kami melakukan pengecekan ulang
terhadap barang bawaan kami. Setelah semua diyakinkan tidak ada barang yang
tertinggal, maka kami bergegas untuk melakukan persiapan menuju Ranupane, yang
merupakan pos pertama dan pos perijinan bagi semua pendaki yang akan melakukan
pendakian ke gunung Semeru.
Gambar 1. Kondisi Kamar Barong
Tepat
pukul 03.30 WIB, masih dengan kondisi udara yang dingin di kota Jember, kami
berangkat menuju Ranupane dengan menggunakan kendaraan sepeda motor. Kami
menggunakan dua kendaraan sepeda motor. Barong mengendarai sepeda motornya
sendiri, dengan motor Matic nya, sedangkan saya dengan Kemong berboncengan
dengan motor Shogun nya. Kami berangkat dan sebelumnya kami singgah di Mushola
SPBU daerah Wonorejo Kabupaten Lumajang, untuk melakukan ibadah sholat shubuh.
Setelah kami melakukan ibadah maka kami bergegas melanjutkan perjalanan.
Sampai
pada kecamatan Senduro pukul 05.58 WIB, pada waktu itu kami berhenti sejenak
untuk menambal ban roda belakang motor Barong di tukang tambal ban. Setelah
selesai menambal ban roda, kami bergegas menuju resort Ranupane. Perjalanan
dari kecamatan Senduro menuju resort Ranupane melalui hutan produksi dan juga
hutan yang masih alami. Tiba di resort Ranupane pukul 08.00 WIB. Kami segera
mengurus perijinan penitipan sepeda motor,
dan surat ijin pendakian atau biasa disebut dengan SIMAKSI (Surat Ijin
Melaksanakan Kegitan) dari Pos Ijin Pendakian di resort Ranupane. Sebenarnya
untuk perijinan pendakian ke puncak Semeru tidak diperijinkan, pada perijinan
hanya tertulis bahwa pendakian hanya diperbolehkan sampai pos Kalimati. Tetapi
banyak pendaki yang masih tetap mendaki sampai ke Mahameru karena eksotisnya
sang Mahameru tersebut. Tetapi pihak perijinan tidak akan menanggung resiko
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan menuju puncak
Mahameru.
Tetapi
saya dan kawan-kawan sepakat akan melakukan pendakian sampai Mahameru dengan
segala konsekuensinya. Setelah urusan mengenai perijinan telah selesai kami
buat, dan kami mendapatkan ijin dari Pos Perijinan, maka kami segera mempersiapkan diri untuk berangkat menuju
perjalanan yang menyenagkan dan penuh tantangan. Tepat pukul 09.19 WIB kami
berangkat dari pos Ranupane, sebelumnya kami berdo’a terlebih dahulu dengan
dipimpin oleh ketua tim kami yaitu Kemong, setelah selesai berdo’a kami
melanjutkan perjalanan dengan penuh semangat dan tentunya dengan harapan bisa
menggapai Mahameru, dan kembali ke Jember dengan selamat.
Selama
perjalanan dari resort Ranupane, kami berjalan dengan beberapa pendaki lainnya
yang pada waktu itu memang cukup ramai untuk kategori perjalanan pendakian,
kebetulan kami berjalan dengan rombongan beberapa orang yang boleh dibilang
sudah uzur untuk kategori usia seorang pendaki, tetapi saya lihat wajah mereka
yang masih semangat dalam berjalan. Dari sini saya bisa memetik hikmah, bahwa
semangat untuk kebaikan tidak akan pernah uzur meskipun usia mulai menua.
Berdasarkan
informasi yang saya dapat dari resort Ranupane, bahwa selama kita melakukan
perjalanan menuju Ranupane, akan disuguhkan pemandangan Landengan Dowo (hutan dominan pohon akasia) dan Watu Rejeng yaitu
berupa tebing-tebing yang indah. Pos pertama dari Ranupane sudah kami lewati
dan akhirnya kami sampai di Pos ke -dua sebelum Ranu Kumbolo pada pukul 11.00
WIB. Kami beristirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan kembali.
Kami
melanjutkan perjalanan kembali dengan penuh semangat yang membara, dan akhirnya
kami melewati sebuah jembatan yang terbuat dari beton pada pukul 11.48 WIB.
Kami masih terus berjalan dan melewati Landengan
Dowo yaitu hutan dominasi pohon akasia. Berdasarkan informasi yang kami
peroleh dari resort Ranupane ketinggian daerah Landengan Dowo sekitar 2270 mdpl. Kami masih terus berjalan
menyusuri hutan rimba, dengan beberapa orang pendaki yang hampir tiap beberapa
menit pasti berjumpa, entah itu yang masih akan memulai perjalanan bahkan yang
sudah selesai melakukan perjalanan (kembali ke resort Ranupane). Dalam hati
saya berkata “benar kata teman-teman, gunung Semeru memang gunung wisata,
sehingga banyak orang yang ingin mendaki disini”. Rata-rata para pendaki yang
saya jumpai adalah orang-orang Jawa Barat, orang Sunda, itu bisa dilihat dari
gaya bahasanya selama berkomunikasi dengan kami.
Selama
perjalanan menuju Ranu Kumbolo saya
selalu berada di belakang. Sedangkan kedua teman saya hampir selalu berada di
depan. Tetapi meskipun saya terkadang nafas terengah-engah tetap saya selalu
bersemangat. Watu Rejeng juga sudah
saya lewati yaitu panorama dengan tebing-tebing indah dengan ketinggian kurang
lebih 2300 mdpl, entah pukul berapa saya tiba di Watu Rejeng karena saya lupa mencatatnya pada buku saku saya, yang
memang saya siapkan untuk mencatat segala aktivitas saya dan kelompok untuk
melakukan pendakian ini. Setelah melewati Watu
Rejeng kami terus berjalan dan akhirnya sampai pada pos ke-tiga, dan disini
lagi-lagi saya lupa mencatat tepat pukul berapa saya tiba disini. Dari sini
pemandangan Ranu Kumbolo nampak
indah, yaitu berupa Danau Vulkanis yang sangat eksotis dengan beberapa Shelter yang semuanya tampak kelihatan
dari pos ke-tiga. Disuguhkan dengan pemandangan indah, saya lebih bersemangat
berjalan untuk menuju pos peristirahatan di Ranu
Kumbolo. Setelah mengambil beberapa foto dengan latar Ranu Kumbolo, maka kami melanjutkan perjalanan dan sampai pada pos
peristirahatan yang kami maksud pada pukul 12.48 WIB. Kami tidak memilih
beristirahat di pos peristirahatan yang memang disediakan pihak TNBTS (Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru) yang memang ada beberapa Rumah Peristirahatan.
Tetapi sangat ramai oleh pendaki lain. Tempat kami beristirahat kurang lebih
berjarak sekitar 15 menit dari pos peristirahatan yang disediakan oleh pihak
TNBTS.
Kami
segera membagi tugas, ada yang memasak makanan siang, membuat minuman hangat,
dan mengisi air. Kami segera membongkar logistik kami dari carier ataupun daypack dan
segera membuat makan siang dan minuman hangat. Saya menyempatkan diri untuk
beribadah sholat Dzuhur pengganti sholat Jum’at yang saya tinggal. Kebetulan di
peristirahatan kami juga ada beberapa orang pendaki yang berasal dari kota solo
yang notabene masih pelajar sekolah menengah. Kami pun berbaur dan saling
berkomunikasi dan kami berencana akan bersama-sama bermalam di Arcapada 2960 mdpl base camp terakhir
para pendaki sebelum menuju puncak Semeru. Itu merupakan planning awal kami. Memang menurut ke-dua teman saya Barong dan
Kemong yang sudah pergi ke sini, Semeru bisa ditempuh selama dua hari satu
malam. Rencana awal kami memang akan melakukan perjalanan selama dua hari satu
malam dengan asumsi berangkat dari Ranupane
hari Jum’at 06-07-2012 dan pada hari itu juga kita akan bermalam pada Arcapada. Kemudian pada hari Sabtu
07-07-2012 dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, kami melakukan summit attack. Kemudian turun dan
langsung melakukan perjalanan sampai Ranupane.
Dan tiba pada Ranupane kira-kira
pkl 17.00 WIB, dan kembali ke Jember hari Minggu 08-07-2012 esok paginya
.
Gambar
2. Kondisi tempat peristirahatan di Ranu
Kumbolo
Setelah
dirasa cukup untuk beristirahat, dan mengisi tenaga. Maka kami bergegas
melanjutkan perjalanan menuju Arcapada. Tepat
pada pukul 14.08 WIB, kami berjalan meninggalkan peristirahatan Ranu Kumbolo, yang tadi kami singgahi. Dan
meninggalkan terlebih dahulu rombongan para pelajar SMA dari Solo. Dan sepakat
akan bertemu pada Arcapada Base camp. Perjalanan
kami harus dimulai dengan menaiki bukit yang mempunyai kemiringan kurang lebih
60°. Bukit ini biasa disebut dengan “Tanjakan
Cinta”, begitu para mendaki menyebut bukit ini. Entah karena apa, saya juga
kurang memahami makna dari sebutan ini. Tetapi ketika saya mulai menaiki bukit
ini bersama ke-dua orang teman saya, Barong dan Kemong. Saya berpapasan dengan
dua orang pendaki laki-laki dan perempuan yang berpasangan dan hendak turun.
Seketika itu lelaki dari pasangan tersebut melontarkan semangatnya untuk kami
dengan kata-kata: “Ayo mas semangat, jangan noleh ke belakang, agar cintanya
mas abadi”. Seketika itu pula teman saya Kemong juga menjawab: “ Iya seperti
cintanya mas dan mbak, hehe”. Dari situ saya berpikiran mungkin ini yang
disebut dengan “Tanjakan Cinta”
ketika kita berjalan menaiki “Tanjakan
Cinta” dengan pasangan kita, berjalan dengan tidak menoleh ke belakang, dan
berhasil melewatinya maka cinta kita akan abadi. Mungkin makna dari “Tanjakan Cinta” seperti itu.
Kami terus berjalan menaiki “Tanjakan Cinta” dengan cukup
terengah-engah, dan ternyata di belakang saya ada para pelajar SMA dari Solo
yang kami tinggal tadi sewaktu beristirahat di Ranu Kumbolo, dan pada akhirnya juga mengikuti kelompok kami. Dalam
hati saya berkata “kuat juga ya anak-anak SMA ini, padahal kita berjalan
terlebih dahulu dari base camp Ranu
Kumbolo”. Kami terus berjalan dan akhirnya sampai pada puncak “Tanjakan Cinta”.
Kami
beristirahat dahulu sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Kami beristirahat
bersama lagi dengan para pelajar SMA dari Solo yang bertemu di Ranu Kumbolo. Dan Juga ada dua orang
turis yang berasal dari Jerman, yang ditemani oleh dua orang Porter (pembantu
pendaki). Ternyata salah satu seorang turis dari Jerman tersebut bisa berbahasa
Indonesia dan mengaku sudah tinggal beberapa tahun di Indonesia. Sudah cukup
beristirahat kami melanjutkan perjalanan kembali. Kami terus berjalan dan
menuruni bukit dan sampailah kami pada Oro-oro
Ombo, sebuah padang savana yang cukup luas dengan ketinggian kurang lebih
2460 mdpl. Setelah kami melalui Oro-oro Ombo
sampailah kami pada Cemoro Kandang dengan
ketinggian kurang lebih 2500 mdpl. Pada perjalanan di Cemoro Kandang kami selalu berpapasan dengan para pendaki lain,
baik yang akan menuju puncak atau yang turun dari puncak. Perjalanan yang cukup
berat menurut saya, karena trek menanjak selama perjalanan menuju Kalimati . Tetapi Barong sangat kuat
dengan berjalan terus, dan hampir selalu di depan, sedangkan saya dan Kemong
berjalan pelan-pelan dan santai.
Dikarenakan
medan yang cukup berat. Kami berdua, saya dan Kemong akhirnya memutuskan
berhenti sejenak istirahat sekitar 15 menit, saya tertidur karena terlalu
capai. Kemudian setelah saya istirahat, perjalanan saya lanjutkan kembali. Pada
perjalanan kali ini kami bertemu dengan pendaki yang berasal dari Jakarta dan,
jumlah mereka cukup banyak mungkin ada sekitar sebelas orang dengan jumlah
perempuan tiga orang dan laki-laki ada , delapan orang. Dan ada satu orang
pendaki dari Perancis yang mengaku bekerja sebagai Carpenter (Tukang kayu) yang mempuyai hobi sebagai fotografer. Kami
memutuskan untuk berjalan bersama, teman saya Kemong langsung berbaur dengan
beberapa pendaki dari Jakarta tadi. Dan saya pun juga berkenalan dengan
beberapa orang pendaki, canda-gurau selama perjalanan tidak terasa kami
lakukan.
Selama
perjalanan tersebut pendaki dari Jakarta selalu bercanda terus, dan akhirnya
saya dan Kemong memutuskan untuk meninggalkan pendaki dari Jakarta dan satu
turis perancis tersebut. Saya dan Kemong berjalan terus untuk menyusul Barong
yang sudah ada di depan jauh. Selama perjalanan ini sempat terlintas dalam
benak kami bahwa perhentian perjalanan sampai Kalimati saja dikarenakan kondisi fisik sudah cukup lelah, dan
waktu sudah sangat sore, sekitar jam empat sore. Akhirnya sampailah kami pada Jambangan 2700 mdpl, dengan areal pohon
mantigi yang dikelilingi padang rumput, juga banyak terdapat tumbuhan Edelweis atau yang biasa disebut dengan
bunga keabadian. Setelah berjalan beberapa menit dari daerah Jambangan akhirnya sampai juga di Base
Camp Kalimati, dan kami akhirnya
bertemu dengan Barong yang sudah istirahat cukup lama.
Sampai
Kalimati pada pukul 17.00 WIB, kami
langsung membangun tenda kami, dan ada juga yang memasak. Kondisi udara di
kalimati sangat dingin sekali, sampai-sampai embun yang turun menerpa tenda
kami seperti hujan. Ini dikarenkan kondisi Kalimati
yang dikelilingi oleh lembah, yang membuat semua angin berkumpul di area
ini. Setelah makanan dan minuman matang, dan kami mulai makan dan minum di
dalam tenda karena kondisi udara di
luar tenda yang sangat dingin sekali. Makanan sudah habis, kami bercanda-gurau
di dalam tenda, sambil melepas rasa lelah setelah berjalan seharian penuh dan
juga tidak lupa rokok kami sulut masing-masing. Setelah rokok satu batang habis,
saya dan kawan-kawan pun mengecek persiapan untuk melakukan Summit Attack, dan terutama perlengkapan
penerangan seperti headlamp dan lampu senter, dikarenakan kondisi perjalanan
dari Kalimati ke Arcapada dipenuhi lembah-lembah curam atau biasa disebut Blenk . Dan ternyata setelah dilakukan
pengecekan ternyata Barong tidak membawa perlengkapan penerangan sekalipun,
sedangkan penerangan punya Kemong juga ada masalah. Jadi tinggal penerangan
punya saya itupun nyala lampunya redup, kemungkinan karena baterai akan habis.
Karena kondisi tidak memungkinkan akhirnya tim tidak melakukan Summit Attack mala mini. Kami memutuskan
untuk beristirahat total dan memutuskan untuk pulang keesokan paginya
dikarenakan perjalanan kami tidak sesuai rencana.
Gambar
3. Kalimati Camp
masih to be continued nih cerita.... :)
BalasHapus